Bagi umat Kristen, meyakini Yesus sebagai korban penebusan dosa adalah sertifikat bagi keselamatan manusia keturunan Adam agar terhindar dari kebinasaan kekal di dalam neraka kelak. Yesus dianggap sebagai juru selamat bagi mereka.
Namun pada kenyataannya, Yesus sama sekali tidak pernah mengajarkan adanya dosa warisan dan keharusan menebusnya.
Dalam Injil yang dikarang oleh Markus pasal 10:17-19 dikisahkan seseorang bertanya kepada Yesus :
“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”
Ajaran Yesus tentang keselamatan tersebut sangat jelas, gamblang dan tidak memerlukan penafsiran bahwa untuk mencapai keselamatan seseorang harus harus menaati hukum Taurat.
Dalam Perjanjian Lama
Orang-orang sebelum lahirnya Yesus, para nabi sebelum Yesus, tertulis dalam Perjanjian Lama disebut sebagai orang-orang zaman Taurat. Mereka ini mengenal ajaran keselamatan adalah dengan mempercayai Allah sebagai Tuhan satu-satunya, sebagai juru selamat satu-satunya dan sebagai penebus satu-satunya.
…..Bukankah Aku, Tuhan? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku! (Yesaya 45:21)
….supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, Tuhan, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub.“ (Yesaya 49:26)
……tetapi Aku adalah Tuhan, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku. (Hosea 13:4)
Mereka sama sekali tidak pernah diajarkan tentang penebusan dosa Adam untuk memperoleh keselamatan dan sama sekali tidak pernah diajarkan tentang adanya dosa warisan yang pernah dilakukan oleh Adam as.
Satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan satu-satunya, juru selamat satu-satunya dan sebagai penebus dosa satu-satunya atau sebagai Tuhan yang Maha Pengampun satu-satunya.
Yehezkiel 18:20-23,
20. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
21. Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
22. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
23. Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
2 Tawarikh 25:4,
Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: "Janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri."
Seperti itu juga ajaran keselamatan yang diajarkan oleh Yesus kepada kaumnya.
Darimana Asal Konsep Penebusan Dosa?
Dari penelusuran Bibel, ternyata sejak zaman Adam as hingga zaman sebelum kelahiran Yesus, tidak seorangpun yang menerima pengajaran dari para nabi dan orang-orang suci tentang adanya dosa warisan dan adanya keharusan untuk menebusnya, begitu juga pada masa mulai kelahiran Yesus dan dakwah Yesus.
Ajaran dan doktrin penebusan dosa, merupakan hasil sinkritisme/gabungan dari ajaran orang-orang pagan penyembah berhala dengan peristiwa penyaliban Yesus. Pengikut Paulus umumnya berasal dari orang-orang di luar Israel yakni orang-orang pagan. Mereka memiliki ajaran untuk menyerahkan korban tebusan kepada dewa agar mereka selamat dari bencana alam dan mendapat berkah dari alam. Kemudian mereka melihat sosok Yesus yang saat itu dikabarkan Yesus telah mati di tiang salib, dan Yesus adalah orang suci yang tidak pernah berdosa, sehingga cocok sebagai korban persembahan kepada dewa. Maka lahir ajaran baru tentang keselamatan manusia yang sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Yesus.
Konsep penebusan dosa juga berlaku seiring dengan dogma dosa waris, yakni dosa yang diturunkan dari Adam dan Eve (Hawa). Dikisahkan, Eve dan Adam memakan buah terlarang di surga. Namun Yesus tidak pernah mengajarkannya. Ulangan 24:16 mengulangi pesan yang sama dengan Yehezkiel 18:20. Sebagian orang mungkin dapat berkata “Tapi ini ada di Perjanjian Lama! Kami orang-orang Kristen mengikuti Perjanjian Baru.” Tapi masalahnya adalah Perjanjian Lama tidak lebih tua daripada Adam.
Jika dosa warisan memang sudah ada dan berasal dari Adam dan Hawa, seseorang tidak akan menemukan dosa warisan ditentang dalam kitab suci dari segala zaman. Tentunya para nabi dari segala zaman akan mengajarkan tentang konsep dosa warisan kepada pengikut-pengikutnya. Namun faktanya tidaklah demikian. Bahkan Yesus seperti yang dijelaskan di atas, menentang konsep dosa warisan ini.
source : http://kajianirenahandono.blogspot.co.id/2016/03/apa-yang-yesus-katakan-tentang-dosa.html
0 comments:
Post a Comment