Popular Posts in last 30 days
-
There once was a little boy who had a bad temper. His father gave him a bag of nails and told him that every time he lost his temper, he mus...
-
-
MOET LEES ASB JULLE JONG DAME EN MEISIES Two young ladies arrived to a meeting wearing clothes that were quite revealing their ...
-
Kembalikan saja ke nuranimu untuk menentukan benar atau salah. Jika berkata tidak sesuai nurani, berarti membohongi diri sendiri, apa ...
-
-
Much Nasrulloh Al-Jufry ANDA YANG MASIH NGEYEL MAU PINJAM BANK, BACA INI! UTANG RIBA = PERBUDAKAN Ini adalah skema perhitungan di ...
-
“Telah dekat datangnya Hari Kiamat dan Bulan telah terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), m...
-
-
Serangan ke World Trade Center : Potongan besi dalam bentuk linear, besi terpotong secara diagonal : ...
-
I was parked in front of the mall wiping off my car. I had just come from the car wash and was waiting for my wife to get out of work. Com...
Semangkok Bakmi
Posted by
djaheel
on Sunday, February 22, 2009
Labels:
renungan
Pada malam itu, Anna bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Anna segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang, sementara perutnya sudah keroncongan.
Saat menyusuri sebuah jalan, gadis muda itu melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Anna berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" "Ya, tetapi, aku tidak membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu
"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Anna segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?" Tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa, aku hanya terharu," jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi, tetapi,. ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Anna, menarik nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya"
Anna, terhenyak mendengar nasehatnya. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya."
Anna, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Anna, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibunya adalah "Anna kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang"
Pada saat itu Anna tidak dapat menahan air matanya dan ia menangis di hadapan ibunya. Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita (Sumber NN).
0 comments:
Post a Comment